Saturday, July 06, 2013

Empower Network

Empower Network

Friday, July 28, 2006

SEMINAR “MENGGUGAT NETWORK MARKETING”

SEJARAH NETWORK MARKETING


  1. Tahun 30-an Amerika dalam resesi, pabrik-pabrik hanya mampu memproduksi barang, namun tidak mampu MEMPROMOSIKAN dan MENDISTRIBUSIKAN
  2. Ide “Konsumer sekaligus Distributor dan Promotor”, mengatasi masalah. Pabrik yang dalam resesi tetap eksis dan tingkat perekonomian masyarakat terangkat, monopoli teratasi (masyarakat turut menikmati keuntungan).

SEJARAH DISTRIBUSI PRODUK

  1. Abad ke 19, kedei-kedei seperti toko roti, toko daging dll, dianggap paling bagus
  2. Muncul ide kedai-kedai dalam satu tempat oleh WT. Grant, sehingga muncul konsep Departemen Store. Awalnya Departement Store dianggap melanggar hukum, sampai WT. Grant di penjara, namun momentum Departement Store samasekali tidak bisa dibendung. WT. Grant bebas dan Departement Store semakin berkembang.
  3. Dari Departement Store, muncul Shoping Mall, Franchishing, hingga Hyper Market dan Network Marketing, masing-masing memiliki momentum sendiri-sendiri yang tidak bisa di bendung.


KENAPA NETWORK MARKETING?

  1. Dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, bahkan lebih pesat dari tingkat kesadaran manusia sendiri. Sebelum ada kendaraan manusia memerlukan berjam-jam untuk jarak tempuh 10 km, seiring perkembangan teknologi transportasi, maka dalam satu jam kendaraan ada yang mampu mencapai ribuan km, bahkan supersonik (melebihi kecepatan suara). Perkembangan yang sangat spektakuler juga terjadi dibidang ekonomi melalui ide Network Marketing. Dulu orang berbisnis untuk mendapatkan keuntungan Rp 100 juta diperlukan modal setidaknya Rp 1 Milyar, dan tuntutan pendidikan, keahlian yang sangat tinggi. Kini dengan Network Marketing untuk mendapatkan keuntungan Rp 100 jt, hanya diperlukan antara Rp 300.000,- s/d Rp 2.000.000,- dan tingkat pendidikan dan keahlian yang tidak tinggi.
  2. Tidak ada satupun pekerjaan didunia ini yang paling aman (secure), maka NM menjadi “side job” dan bahkan “main job” yang sangat bagus.
  3. Pekerjaan yang paling demokratis dan egaliter (Siapapun bisa menjadi leader), tanpa memandang dan menuntut latar belakang social, ekonomi, pendidikan dll yang diatas rata-rata
  4. Pekerjaan yang paling fair, penghasilan bisa dikontrol, jaringan bisa dikontrol dengan sangat baik
  5. Pekerjaan yang peningkatan penghasilannya bisa secara eksponensial
  6. Menjanjikan kebebasan finansial, kebebasan waktu, serta keringanan tanggung jawab, dengan modal, keahlian, tingkat pendidikan yang relatif ninim.
  7. Sebuah alternatif untuk menjawab tantangan “betapa makin sulitnya mencari lapangan pekerjaan”
  8. Tidak mudah terpengaruh situasi apapun (politik, ekonomi, keamanan dll) didunia (sangat kecil pengaruhnya), kecuali kalau seluruh dunia kacau/konflict semua.
  9. Bisa dikerjakan dimana saja, kapan saja (khususnya melalui internet), market global
  10. Kemampuan orang bekerja satu hari adalah 8 jam (rata-rata), dalam Network Marketing unlimited (sebanyak Down Line yang aktif)
  11. Selama ini orang bekerja untuk mendapat uang, dan dalam bisnis jaringan bisa mencapai uang bekerja untuk kita.
  12. Realisasi hokum ekonomi “Dengan modal sekecil mungkin mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin”. Bisnis konvensional untuk mendapatkan keuntungan Rp 100 juta/bulan setidaknya diperlukan modal Rp 1 milyar, sedangkan di bisnis network Marketing, cukup Rp 500.000,- - Rp 600.000,- saja.

NETWORK MARKETING ANTARA HARAPAN DAN REALITAS

Secara konsep, Network Marketing sungguh amat sangat bagus, hukum ekonomi “Dengan modal sekecil-kecilnya dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya” benar-benar bisa terwujud di dunia bisnis Network Marketing. Perusahaan NM sebenarnya benar-benar mampu mengatasi monopoli bisnis, sehingga sebagian besar masyarakat turut menikmati keuntungan perusahaan. Tetapi kenapa, banyak orang mengalami kegagalan? Atau setidaknya frustasi? Banyak orang alergi kalau mendengar kata “MLM”, seringkali seseorang mengundang presentasi bisnis MLM yang datang 10 tetapi yang kabur 20 (Orang yang datang tadi ceria-cerita negatif ke teman-temannya). Kenapa justru monopoli hanya berpindah dari perusahaan yang konvensional ke perusahaan NM? Atau sebagian kecil masyarakat saja yang sukses, dan selanjutnya tidak sedikit anggota masyarakat yang “trauma” dan bahkan berkesimpulan bahwa ‘MLM adalah Menipu Lewat Menjual” atau “Menjual Lewat Menipu”?

Berikut ini diuangkap realitas yang cukup banyak kita jumpai di dunia bisnis Network Marketing, yang layak untuk digugat. Disamping itu anda akan mendapatkan informasi tentang “Berbagai hal yang selama ini dikejar-kejar di MLM padahal sebenarnya justru merupakan penyebab bagi banyak orang untuk gagal dan frustasi di bisnis MLM”:

  1. Perusahaan Network Marketing umumnya tidak transparan didalam membagi keuntungan dengan para distributor, dan umumnya perusahaan mengambil keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan keuntungan yang diberikan pada para distributor. Dalam kerjasama bisnis konvensional pembagian selalu jelas, dan pelaku bisnis biasanya mendapat keuntungan bagi hasil yang lebih besar. Di dunia NM anehnya justru sebaliknya (pelaku/member/distributor mendapatkan keuntungan jauh lebih kecil dari perusahaan) dan masih dibebani berbagai syarat yang sering tidak realistis.
  2. Perusahaan NM tidak pernah menjelaskan bahwa pola bisnisnya UMUMNYA adalah “Pola Investasi”, padahal kebanyakan masyarakat Indonesia mengikuti bisnis NM dengan tujuan sebagai “Solusi Finansial” (Modalnyapun terkadang hutang sana sini).
  3. a. Pola Investasi: Ketika anda join katakanlah keluar modal Rp 500.000,-, biaya untuk “Tutup Point” katakanlah Rp 100.000,-, lalu biaya operasional (untuk bayar saat meeting, beli berbagaimacam brosur dan kit, transportasi, komunikasi dll) katakanlah Rp 225.000,-, dan ternyata bonus didapatkan di pertengahan bulan berikutnya katakanlah Rp 50.000,-. Bulan berikutnya begitu lagi, dengan bonus naik sedikit misalnya Rp 65.000,- yang kesimpulannya “BIAYA OPERASIONAL LEBIH TINGGI DARI BONUS YANG DIPEROLEHNYA” sehingga mencapai Break Even Point (BEP) memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Memang akhirnya akan menikmati hasil juga, tetapi memerlukan waktu, energi, konsentrasi yang tidak sedikit, dan endurance yang stabil

    Biaya Operasional tiap hari keluar ( Bensin, Foto Copy, Snack, Meeting, dsb ) per hari misal Rp. 5.000,- X 45 hari = Rp. 225.000,-


    Tgl. 1 Tgl. 30 Tgl. 15

    Biaya Member Rp. 300.000,- Tupo Rp. 100.000,- Bonus Rp. 50.000,-

    Biaya Operasional selama 1,5 Bulan (sering tdk diperhitungkan padahal banyak dan kumulatif)
    Misal sebesar Rp. 225.000,-

    Total Biaya Bulan ke – 1 Rp. 625.000,- Bonus Rp. 50.000,- Minus Rp. 575.000,-
    Total Biaya Bulan ke – 2 Rp. 325.000,- Bonus Rp. 65.000,- Minus Rp. 260.000,-
    Total Biaya Bulan ke - 3 Rp. 325.000,- Bonus Rp. 100.000,- Minus Rp. 225.000,-
    Dan seterusnya …
    POLA INVESTASI :
    Bonus


    Modal





    BEP (Berbulan-bulan s/d bertahun-tahun)

    Pola Investasi Gaya Eropa atau Amerika memang hanya cocok bagi bangsa Eropa dan Amerika atau negara maju umumnya, dimana warganegara dari sebuah negara yang maju biasanya menganggur saja dapat dana sosial, sedang di Indonesia untuk menjadi member sebuah MLM saja terpaksa hutang-hutang. Pola Investasi, ibarat nanam mangga mulai dari pelok (biji mangga, tetapi umumnya masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk “memilih kualitas biji yang baik”), sampai tumbuh tunas, dari tunas tumbuh berkembang sampai besar, baru 1TH ke atas berbuah (menghasilkan buah mangga) baru dimakan (tetapi kebanyakan baru tunas saja terus mati, hanya sedikit sekali yang sampai berbuah).

    b. Solusi Finansial: Ketika anda join katakanlah keluar uang Rp 500.000,- s/d Rp 600.000, tidak ada uang keluar lagi kecuali “Biaya Operasional”, bonus dibayar besar, cepat, tanpa syarat macam-macam, transparan, tingkat keberhasilan tinggi dll.


    B). SOLUSI FINANCIAL :
    Bonus


    Modal





    BEP (1-2 HARI)

    Ibarat beli buah-buahan, segalanya sudah tersedia, tinggal beli – lalu dimakan, cepat, sederhana, tanpa syarat yang berthele-thele.

    Dengan demikian jika seorang member sebuah NM bertujuan mencari Solusi Financial, tetapi menjalankan NM dengan Pola Investasi, itu artinya “salah pilih” dan “salah kendaraan”. Memang baik Pola Invvestasi maupun Pola Solusi Finansial keduanya bisa berhasil, hanya saja memerlukan effort, endurance, modal, dan kecepatan yang berbeda.

    3. Bonus yang dibagikan kepada distributor sesungguhnya kecil, tetapi dibungkus dengan marketing plan yang sangat rumit, sehingga sulit difahami dan sulit dihitung sebab parameter terlalu banyak.
    4. Bonus sesungguhnya kecil, tetapi dibungkus dengan aneka iming-iming, reward-reward yang menggiurkan misalnya kendaraan mewah, rumah mewah, tour prestisius, sharing internasional dll.
    a. Seolah-olah berbagai reward itu mudah dicapai, padahal probabilitas keberhasilan sungguh cukup rendah.
    b. Reward pada hakekatnya hasil keringat member yang diberikannya ditunda (bukan “give” atau “Hadiah Cuma-Cuma dari perusahaan”), dengan tujuan agar member “Bekerja Keras”, jika tidak kualified maka member dalam posisi dirugikan (contoh: Jika seseorang mencapai omzet Rp 100 juta maka akan mendapat reward “Sepeda Ontel”, ketika orang sudah mencapai omzet Rp 95 juta tetapi kelelahan atau jaringan rontok maka “Sepeda Ontel” tidak akan didapatkan, bahkan “Pentilnyapun Tidak Mungkin didapat”. Semua reward yang diperoleh menjadi milik perusahaan (sic!). Kalau kuda menarik dokar, agar kuda bersemangat bekerja, diatas kepalanya digantungi benda-benda tertentu agar bersemangat bekerja. “Reward” untuk kuda tadi yang memberikan majikannya. Sedangkan di bisnis NM, reward dari kerja keras member sendiri (Member di dopping oleh hasil kerjanya sendiri), dengan demikian “Member Network Marketing” dianggap “Lebih bodoh dari kuda”!!!
    c. Sharing Internasional pada hakekatnya “Tetap Proporsional” (yang bekerja keras dengan hasil lebih banyak, mendapatkan bagian yang lebih besar pula). Seringkali sharing internasional digembar-gemborkan, sementara berapa omzet di negara tertentu, berapa banyak unsur pembaginya, tidak jelas (tidak transparan), biaya operasional sehari-hari yang juga sangat besar tidak pernah diperhitungkan.
    d. Reward diberikan, salah satunya adalah dengan alasan agar “Perusahaan Bisa Menunda Pembayaran Bonus” dan jika member tidak mampu meraihnya, perusahaan mendapat keuntungan berlipat ganda. Misalnya saja, kalau seseorang mendapat omzet Rp 8 Milyar akan mendapatkan BMW (misalnya seharga Rp 300 juta), ternyata sudah mencapai omzet Rp 7 milyar tidak bisa melanjutkan lagi dengan berbagai alasan (jaringan rontok, kelelahan dll). Padahal dengan omzet Rp 7 milyar itu setidaknya Rp 150 juta sudah dapat, tetapi karena kontraknya Rp 8 milyar, maka Rp 150 juta itu menjadi milik perusahaan dan member hanya bisa “ngelus dodo” dan berbisik dalam hatinya “saya memang belum layak untuk mendapat BMW, saya memang kurang kerja keras dll” padahal sebenarnya “Perusahaan yang tidak fair dan tidak manusiawi”.
    5. Peringkat juga merupakan iming-iming yang bisa menjebak. Diharapkan dengan poeringkat tinggi income juga tinggi, namun kenyataannya sering berbeda, peringkat tinggi tetapi income rendah olok-oloknya “Pangkat Jendral tetapi Gajih Kopral”.
    a. Ternyata sebenarnya tujuan utama seseorang mengikuti bisnis MLM adalah BESARNYA BONUS dan BUKAN TINGGINYA PERINGKAT.
    b. Peringkat sebenarnya tuntutan pada profesi konfensional (ada anak buah, ada bos, ada direktur dll) yang sebenarnya bertentangan dengan prinsip dekomratis dan egaliter dalam bisnis NM dengan tuntutan tingkat pendidikan, permodalan, dan skill yang relatif minim (sulit dijumpai sebuah perusahaan NM yang mensyaratkan membernya “minimal sarjana” atau “Pengalaman di NM 2 tahun” dll).
    c. Peringkat diberikan demi keuntungan perusahaan. Semakin tinggi (banyak) suatu peringkat, semakin ada kesempatan bagi perusahaan untuk menunda pembayaran bonus-bonus.
    d. Peringkat diatur sedemikian rupa sehingga selalu dalam posisi PIRAMIDA sampai kapanpun, sehingga kebanyakan Bonus yang dibayar perusahaan hanyalah “PERINGKAT RENDAH-RENDAH SAJA” (Sebagian besar peringkat rendah).
    e. Setiap kenaikan peringkat dikenakan berbagai aturan ( tutup point, omzet dengan jumlah tertentu, PV, TGS, Kualified 3 bulan dll), sebagai bukti “Pelitnya Perusahaan” member sudah bekerja keras, masih dibebani lagi berbagai syarat yang tidak realistis dan tidak manusiawi.
    6. Kebanyakan perusahaan NM menjual produk dengan “Harga Prremium”, padahal semestinya kurang lebih sama dengan produk yang dijual secara konvensional. NM menjual harga produk dengan harga premium, tetapi promosinya “biaya promosi dan distribusi yang dijadikan bonus”.
    7. Jaringan yang sudah dibangun dengan susah payah, begitu berkembang masih ada kemungkianan KEHILANGAN OMZET (RESET), dan mengakibatkan rendahnya bahkan hilangnya bonus

    a. Sistem Matahari (Break Away, Level dan Syarat Kaki)
     1. Break Away : (Syarat Selisih Peringkat antara Upline dengan Downline)






    Ilustrasi diatas, menggambarkan bahwa ketika posisi upline lebih tinggi dari downline mendapatkan bonus yang optimal, jika posisi Upline sama dengan Downline maka bonus drop tinggal 1%, dan ketika posisi downline melebihi upline maka upline tidak dapat apa-apa (Ini sungguh sadis!). DL kita yang kita beri informasi, kita bantu mengembangkan bisnisnya, ketika prestasinya sangat bagus dan melebihi upline malah membahayakan bagi kita!

    Logikanya pada posisi demikian kita tidak akan membantu DL kita yang prestasinya melebihi kita itu, padahal janji Upline biasanya “Nanti saya bantu”. Bagaimana mungkin akan membantu DL yang membahayakan bagi dirinya?

     2. BATAS LEVEL (MISALNYA 10 LEVEL):

    Kita


    LEVEL - 1

    LEVEL - 2


    LEVEL - 10

    LEVEL – 11 KE ATAS
    TDK BERMANFAAT KE
    KITA.

    Level 11 KE ATAS (dan seterusnya) TIDAK BERMANFAAT BAGI KITA, LOGIKANYA KITA TIDAK AKAN MEMBANTU LEVEL 11 KE ATAS. KONDISI SEDEMIKIAN AKAN LEBIH REPOT LAGI KETIKA PRESTASI ORANG-ORANG DI LEVEL 1 S/D 10 BIASA-BIASA SAJA, DAN BAHKAN ORANG-ORANG DI LEVEL 11 DAN SETERUSNYA MALAH YANG PRESTASINYA BAGUS!













     3. SYARAT KAKI :


    DAPAT “KREDIT” MOTOR
    (BIASANYA KATA “KREDIT”
    TIDAK DISEBUTKAN)








    1.500 1.500 1.500 JUMLAH HAMYA 4.500



    KITA BUAT EXTRIM (JIKA KONDISI SEBAGAI BERIKUT):



    TIDAK DAPAT “KREDIT
    MOTOR” MESKIPUN OMZET
    111.450 POINT








    100.000 10.000 1.400 JUMLAH 111.400

    Syarat ke tiga kaki harus sama. Umumnya pelaku MLM mengembangkan 2 kaki saja sudah berat apalagi harus 3 kaki sama dan seterusnya. Biasanya hal sedemikian itu tidak dijelaskan, sebab kalau dijelaskan tentu saja tidak ada orang yang mau join. Padahal tidak berhenti sampai disitu, tetapi masih ditambah lagi Harus mempunyai Side Volume, TGP , Harus memenuhi syarat kualifikasi, dsb. Lebih sadis lagi jika ganti bulan ganti hitungan baru!!! (misalnya bulan Januari kita sudah dapat point 4.000 begitu menginjak bulan Februari dimulai dari Nol lagi).


    8. Banyak perusahaan maupun leader (melalui support systemnya) yang melakukan brainwashing, pembodohan yang mengakibatkan fanatisme latent “NM yang saya jalankan adalah yang terbaik” sehingga mencapai posisi “agama yang ke 2” bahkan sering lebih fanatis dari agama yang dianutnya sendiri (entah sadar entah tidak).
    9. Para pelaku NM umumnya mengajari ilmunya Robert Kyosaki dalam Cashflow Quadrant untuk menjadi IBO pada para member baru (Independent Business Owner atau Investor atau “Pindah Ke Quadrant Kanan”) namun dalam pelaksanaannya terjebak “Tetap Di Quadrant Kiri” tanpa terasa. Misalnya, tetap harus merekrut member terus menerus, tetap harus menjual produk dll, padahal itu semua pekerjaan “Employee” (Sales) yang berada di Quadrant kiri (kita bekerja untuk mendapatkan uang).
    10. Umumnya pelaku NM menekankan 4 pilar (Produk, Company, Support Sistem, Marketing Plan). Company Profile biasanya menjadi pilar penting, sulit dijumpai “Member/Distributor Profile” yang sebagian berhasil. Member NM masih menjadi obyek tinimbang subyek. Selain itu ada yang menambahkan sudah menjadi anggota APLI atau tidak. Mewajibkan perusahaan MLM menjadi anggota APLI sama halnya mewajibkan semua mahasiswa muslim masuk HMI, mewajibkan semua insiyur masuk dalam Ikatan Insinyur Indonesia dll. Yang terpenting dari perusahaan MLM adalah memiliki IUPB apa tidak, ada izin depkes, hasil pemeriksaan laboratorium atau POM apa tidak. Marketing Plan ditonjol-tonjolkan dengan tanpa adanya “Perbandingan Realistis Antara MLM yang satu dengan lainnya”. Cobalah anda amati kenyataan sebagai berikut:
    a. Kita tidak bisa mengclaim produk lebih unggul dari produk MLM lain (meski biasanya produk MLM memang berkualitas sangat bagus)
    b. Perusahaan sangat cepat menjadi kaya raya, bagaimana dengan membernya?
    c. Marketing plan yang rumit biasanya bonusnya sangat rendah.
    d. Support system, betulkah itu sebuah supoport system yang membantu suksesnya bisnis anda, ataukah “bisnis didalam bisnis”?
    e. Penekanan untuk APLI atau tidak, sebenarnya untuk kepentingan member atau perusahaan?
    11. Modal biasanya tampak kecil, tetapi sesungguhnya besar sebab:
    a. Harus melakukan tutup point (belanja ulang) setiap bulan dan biasanya sebagai syarat untuk mengambil bonus. Jika tidak melakukan belanja ulang, bonus tidak keluar. Kalaupun bonus keluar biasanya lebih kecil dari pengeluaran yang telah dikeluarkan sebulan sebelumnya.
    b. Setiap pertemuan membayar untuk dirinya sendiri dan membayari calon Downlinenya.
    c. Membeli berbagai perlengkapan untuk bahan prospecting
    d. Setiap tahun melakukan pendaftaran ulang (renewal) dan membayar.
    e. Dll yang intinya secara umum “Biaya operasional lebih tinggi dari bonus yang diperoleh”.
    12. Berbagai Jebakan dalam MLM:
    a. Menunda informasi. Biasanya member baru tidak mengetahui secara detail berbagai seluk beluk bisnis NM. Semakin tinggi peringkat seseorang member biasanya semakin mengetahui plus minus perusahaan tertentu. Dan jika ternyata suatu hari ditemukan berbagai sisi negatif, sementara posisi sudah sangat tinggi, akan terjebak dalam suasana “SERBA SALAH”. Kalau tidak diteruskan, bonus puluhan hingga ratusan juta hilang, tetapi kalau diteruskan, ternyata banyak aspek negatif yang merugikan masyarakat luas”.
    b. Pendaftaran kelihatannya kecil, tetapi memang kurang sesuai dengan harga yang sebenarnya.
    c. Tutup Point dijadikan syarat untuk mengambil bonus. Padahal bonus seharusnya diperoleh setelah distributor bersusah payah selama sebulan lebih (umumnya 1,5 bulan), terlepas apakah member akan tutup point atau tidak. Anehnya justru bonus tidak diberikan jika tidak melakukan tutup point (melakukan pembelanjaan ulang). Dan seringkali bonus yang diterima lebih kecil dari biaya tutup point itu sendiri (sic!).
    d. Membina dan mengembangkan jaringan bukanlah pekerjaan yang mudah, namun setelah jaringan besar dan berjalan lancar, masih terkena aturan break away (vertical maupun horizontal, ada MLM yang tidak membatasi level secara vertical tetapi dibatasi waktu/horizontal artinya ganti bulan, ganti hitungan baru), batasan level, aturan keseimbangan kaki dll yang mengakibatkan rendahnya bonus, kurangnya kerjasama antara upline dengan downline dll.
    e. Bonus internasional, bagaimanapun tetap harus proporsional (jumlah yang diperebutkan dibagi dengan sejumlah orang yang berhak menerimanya, sesuai dengan prestasinya masing-masing, dan tidak mungkin serta merta dibagi dengan banyaknya orang yang telah memenuhi syarat menerima bonus internasional), namun kebanyakan orang tidak tahu.
    f. Berbagai bonus kelihatannya besar (Bonus Sponsoring dll), padahal setelah jaringan berjalan ternyata bonus sangat kecil (ternyata dihitung dari PV).
    g. Bonus sponsoring yang besar (dengan marketing plan yang menuntut agar member mensponsori orang terus, merupakan jebakan yang fatal. Para leader cenderung akan lebih senang mensponsori member baru daripada membina jaringannya). NM pada hakekatnya bisnis jaringan, bonus jaringanlah yang mestinya diutamakan (Mestinya NM/MLM sesuai namanya menjanjikan “Bonus Level” yang besar dan bukanya “Bonus Kerja”). Marketing plan, yang menuntut member terus menerus melakukan sponsoring sementara itu menjajikan “passive income” adalah kontradiktif dan dikotomis.
    h. Banyaknya jenis bonus seolah-olah mengambarkan BESARNYA BONUS, padahal tidak (Ada MLM yang memberikan hingga 16 jenis bonus). Kenapa? Sebab setiap bonus ada syaratnya sendiri-sendiri. Kebanyakan Upline menutup-nutipi syarat itu (hanya melihat banyaknya bonus identik dengan besarnya bonus), dan anehnya member percaya begitu saja. Jadi semboyan “Teliti sebelum membeli/bergabung” memang tidak mudah di dunia MLM.
    - Sebab setiap bonus ada syaratnya sendiri-sendiri. Kebanyakan Upline menutup-nutipi syarat itu (hanya melihat banyaknya bonus identik dengan besarnya bonus), dan anehnya member percaya begitu saja.
    - Bonus-bonus tidak dihitung dari “RIIL RUPIAH” melainkan dari PV, BV dll. Misalnya produk dengan harga Rp 30.000,- dihitung 15 PV (Point Value).
    - Setiap jenis bonus senantiasa ada berbagai syarat yang tidak mudah dipenuhi, yang biasanya kurang difahami member pada saat bergabung.
    - Banyaknya bonus, semakin membuat masyarakat/member rumit dan bahkan tidak mampu menghitungnya, dan semakin mudah dikelabuhi oleh perusahaan. Bayangkan ada sebuah Perusahaan NM yang menawarkan bonus hingga 98%, apakah logis itu? Maysarakat tidak faham bahwa 98% itu dihitung dari PV, BV dll. Kalaupun 98% dari nilai riil rupiah jelas mustahil!!! Jadi semboyan “Teliti sebelum membeli/bergabung” memang tidak mudah di dunia MLM.
    i. Peringkat dan Reward kebanyakan juga hanya menjebak. Peringkat tinggi seolah-olah mencerminkan tingginya bonus, padahal sekalilagi SENANTIASA ADA SYARAT. Sehingga peringkat tinggi kalau tidak mampu mempertahankan MEMENUHI SYARAT, maka tetap tidak dapat bonus (atau dapat tetapi sangat kecil).
    j. Marketing plan yang kontradiktif yaitu disatu sisi memberlakukan break away, batas level, syarat kaki, side volume dll sementara disisi lain menawarkan passive income (Ibarat menunjukan jalan ke surga dengan jalan “Mo Limo”).
    k. Perusahaan ataupun para leader biasanya hanya menunjukkan “Hasil Akhir” (Bonus besar, reward mobil mewah dll) dan tidak “Prosesnya”.
    13. Support system yang mestinya menjadi ajang memperlancar bisnis, kebanyakan berubah menjadi “Ajang Memberi Motivasi” yang sifatnya komersial, dan menjadi “bisnis sampingan” para leader atau support system.
    14. Banyak leader yang melakukan brainwashing dan pembodohan tinimbang mencerdaskan.
    15. MLM dengan marketing plan tertentu, merangsang member untuk berspekulasi membeli produk sebanyak-banyaknya atau peringkat setinggi-tingginya, sehingga sebenarnya telah menjelma menjadi Money Game tetapi tidak terasa.
    16. Sebagian MLM membayar dalam bentuk $ US. Dalam kondisi Indonesia yang belum pulih secara ekonomi, biasanya membuat lonjakan harga yang dramatis, umumnya membuat member kocar-kacir.
    17. MLM telah banyak membuat trauma para member MLM, sehingga ada beberapa perusahaan yang intinya sebenarnya MLM namun tidak mau menyebut dirinya MLM.
    18. Sebagian MLM memberikan aneka promo untuk menggaet member sebanyak-banyaknya. Seringkali terjadi dimasa promo saja sudah sulit apalagi diluar promo.
    19. Probabilitas keberhasilan yang rendah, tidak pernah diungkapkan oleh perusahaan MLM. Member dibelakang hari (Downline) merupakan korban ketidakfahaman para member terdahulu (Upline) dalam memahami segala permasalahan diatas dan berbagai permasalahan lain dalam dunia MLM.
    20. Ketidak berhasilan biasanya dialamatkan pada “Tidak focus, kurang integritas, kurang komitmen, kurang kerja keras”, padahal sebenarnya “Marketing Plan yang tidak pernah memihak ke distributor”. Kalau seseorang dalam perjalanan bisnisnya kemudian sadar “oh ….ternyata kurang menguntungkan” maka “tetap focus” hanya akan mengakibatkan pada “Focus dalam kesulitan, komitmen dalam bonus rendah, integritas dalam ketidakberdayaan” dan itu semua tentu saja mustahil.
    21. Biasanya tidak seorangpun Upline/Leader sanggup, bersedia, ataupun mampu menjelaskan “Apa kelemahan bisnis jaringan yang anda tawarkan kepada saya”? Biasanya hanya bicara yang bombastisnya saja (baik memang karena ketidak tahuan, karena kebodohan, hasil duplikasi yang jelek, atau karena menyembunyikan segala sesuatu).
    22. Ada satu statement yang amat sangat membahayakan dalam kaitannya untuk tidak membahas bisnis secara detail “Kita tidak menipu kok, cuma kita tidak perlu ungkapkan semuanya”, “Kita hanya menunda informasi” atau bahkan “kita tidak menipu kok, tetapi kita tidak mengungkapkan kenyataan sebenarnya” (edun kan?).
    23. Banyak perusahaan MLM yang juga menyebut para membernya sebagai IBO (Inendependt Businnes Owner), tetapi kenyataannya diatur-atur oleh Upline, Support System, Perusahaan dll, bahkan ditingkat tertentu harus melakukan apa yang disebut sebagai “SUMPAH KESETIAAN”, dan kalau melaksanakan MLM lain “Langsung Dipecat”!

Adakah bisnis NM/MLM dan sejenisnya yang ANTARA HARAPAN DAN REALITAS CUKUP MENDEKATI?

Adalah kurang fair kalau saya tawarkan langsung pada anda, sebab sekarang ini bukan forumnya. Tetapi saya ingin berikan alat Bantu yang sederhana agar anda mampu memilih bisnis NM/MLM secara baik. Intinya adalah “JIKA ANDA MENJUMPAI BISNIS NM/MLM YANG TERBEBAS DARI PEMBAHASAN DIATAS TERSEBUT, SUDAH SANGAT BAGUS. JIKA MUNGKIN 100% TERBEBAS DARI 23 POINT YANG SAYA SAMPAIKAN DIATAS”.

SECARA UMUM PRODUK SULIT DIBANDINGKAN, BIASANYA PRODUK MLM KUALITASNYA MEMANG SANGAT BAGUS, DAN SESEORANG JUGA TIDAK BISA OVER CLAIM ATAU BAHKAN MENJELEK-JELEKKAN PRODUK MLM LAIN. TETAPI MARKETING PLAN PERLU ANDA BANDINGKAN SECARA SETELITI MUNGKIN, MISALNYA: PERUSAHAAN A PERUSAHAAN B PERUSAHAAN C

  1. Bonus Rp 2.000,- (Riil dan bukan dari PV) 1. Bonus Rp 1.000,- 1. Bonus Rp 100,-
  2. dibayarkan HARIAN 2. Dibayarkan Mingguan 2. Dibayarkan Bulanan
    3. Tanpa syarat tupo, side vomule, kualifikasi dll 3. Sedikit syarat 3. Banyak syarat (tupo, side vomule, kualifikasi dll)
    4. Transparansi bonus dan jaringan secara detail 4. Ada transparansi tetapi tidak detail 4. Tidak transparan
    5. Probabilitas keberhasilan tinggi 5. Probabilitas Keberhasilan Sedang 5. Probabilitas Keberhasilan Rendah

Jika anda sudah mampu membuat analisis seperti itu, mudah sekali memilihnya bukan? Sebagai manusia yang normal, tentu anda akan memilih perusahaan A. Berusahalah membuat analisis pribadi, hilangkan semua brainwashing dari para Upline/Leader anda, dan jawablah secara jujur, meski didalam hati.

JIKA ANDA TIDAK MEMAHAMI SEMUA TULISAN DIATAS, COBALAH ANDA BUAT ANALISIS SEDERHANA TERHADAP YANG ANDA LAKUKAN:
1. Apakah biaya operasional lebih tinggi dari bonus yang anda terima?
2. Apakah biaya operasional sama dengan bonus yang anda terima?
3. Apakah biaya operasional lebih rendah dari bonus yang anda terima?

JIKA JAWABAN ANDA PADA NOMOR 3, BERARTI BISNIS MLM YANG ANDA LAKUKAN MASIH LAYAK ANDA KERJAKAN.

Semoga Anda (Kita Semua) Menjumpai Bisnis Network Marketing, yang “Untung Menguntungkan” antara Perusahaan dan Distributor.